Sabtu, 16 Juni 2012

Perkembangan Pengamatan Anak


oleh:
M. Mulianor
Noor Iriyanti
Norlina
Rini Mufidah

BAB II
PEMBAHASAN
A.                Perkembangan Pengamatan pada Bayi
Pada lahirnya pancaindera bayi belum sempurna, belum aktif benar dan belum tahan menerima perangsang-perangsang yang datang, sehingga sebagian besar dapat mengganggu dirinya, mengganggu suasana psikisnya apalagi perangsang itu kuat dan tiba-tiba. Sehingga anak sering menerimanya dengan reaksi negatif seperti menangis atau memalingkan muka.
Dimasa ini pengamatan masih bersifat global dan samar-samar. Kemudian lama-kelamaan akan menjadi jelas mengenai bagian-bagian dari objeknya. Ia berkembang dari sifatnya yang global dan kabur itu berangsur-angsur menuju kepada bagian-bagian atau struktur.

B.                 Perkembangan Pengamatan Anak Kecil
Pengamatan anak kecil masih bersifat primitive dan merupakan complex-kwaliteit, maksudnya pengamatan dan hasilnya bersifat dan berwujud satu keseluruhan yang berarti. Didalamnya bersatu berbagai macam faktor, yang biasanya ada sangkut pautnya dengan hubungan berbahasa antara apa yang dihayati dan telah dialami oleh si kecil itu sendiri. Sang anak mengamati, mengambil kesan hanya apa-apa yang penting saja baginya.
Dalam proses mengamati dan memberi tanggapan tentang sesuatu objek ia belum bisa membedakan hubungan waktu dan tempat, dia anggap sama saja. Selain itu, anak belum juga mampu membedakan kelainan pada benda hidup dan benda mati, sehingga segala sesuatu yang diamatinya dianggapnya sebagai makhluk hidup yang mempunyai jasmani dan rohani seperti dirinya, lalu ia kadang-kadang berbicara dengan binatang atau boneka. Dirinyalah yang menjadi titik sentral dan ukuran segala sesuatu objek pengamatan dan tanggapan. Oleh karena itu sering juga disebut anak yang estetis atau egosentris.

C.                 Perkembangan Pengamatan Anak menurut Para Ahli
Dalam perkembangan jiwa anak, pengamatan menduduki tempat yang sangat penting. Beberapa teori mengenai fungsi pengamatan ini dipaparkan oleh Ernest Meumann, William Stern dan Clarn Stern, dan Oswald Kroh.

1.                  Ernest Meumann
Ia membedakan tiga fase perkembangan fungsi pengamatan, yaitu:
a.      Masa sintesis fantastis: umur 7-8 tahun
Dalam masa ini pengamatan anak masih global, bagian-bagian belum tampak jelas, karena bergabung dengan fantasinya.

b.      Masa analisis:  umur 8-12 tahun
Anak telah mampu membeda-bedakan sifat dan mengenal bagian-bagiannya, walaupun hubungan antara bagian itu belum tampak seluruhnya. Peran serta fantasinya mulai berkurang, diganti dengan pengamatan yang nyata (realitas).

c.       Masa logis: 12 tahun keatas
Di sini anak telah dapat berfikir logis. Pengertian dan kesadarannya semakin sempurna, sehingga bagian dalam pengamatan sudah jelas dan hubungan antara bagian-bagian pun dapat terlihat.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat ditangkap beberapa kaedah yang penting, yaitu:
1.      Perkembangan pengamatan bermula dari gestalt (global) menuju kestruktur (bagian-bagian).
2.      Pengamatan itu dimulai dari kemampuan menerima apa adanya tanpa kritik menuju kepada suatu pengertian logis dan kritis.
3.      Pengamatan itu bermula dari alam fantasi menuju kealam realita.
4.      Pengamatan itu bermula dari rasa “aku” yang sempit berangsur-angsur sampai kepada pengertian “aku” yang luas.

2.                  William Stern dan Clarn Stern
Mereka berdua menampilkan 4 stadium dalam perkembangan  fungsi anak, yaitu:
a.      Stadium Keadaan (0-8 tahun)
Tanggapan anak masih dalam gambaran totalitas yang samar-samar, serta anak mengamati benda-benda dan beberapa orang secara teliti.

b.      Stadium Perbuatan (8-9 tahun)
Anak menaruh minat besar terhadap pekerjaan dan perbuatan orang dewasa serta tingkah laku binatang.

c.       Stadium Hubungan (9-10 tahun)
Anak mengamati relasi/hubungan dalam dimensi ruang dan waktu; juga hubungan kausal dari benda-benda dan peristiwa.

d.      Stadium Perihal/Sifat (10 tahun keatas)
Anak mulai menganalisa hasil pengamatannya atau tanggapannya dengan mengkonstatir ciri-ciri/sifat dari benda-benda, orang dan peristiwa.

3.                  Oswald Kroh
Di dalam bukunya yang berjudul Die Psychologie des Grundschulkindes (Psikologi Anak Sekolah Dasar) mengatakan adanya 4 periode dalam perkembangan fungsi pengamatan anak yaitu:
a.      Periode Sintese Fantastis (7-8 tahun)
Artinya, segala hasil pengamatan merupakan kesan totalitas/global, sedang sifatnya masih samar-samar. Selanjutnya, kesan-kesan tersebut dilengkapi dengan fantasi anak. Asosiasi dengan ini, anak suka sekali dengan dongeng-dongeng, sage, mythe, legenda, kisah-kisah dan cerita khayalan.

b.      Periode Realisme Naif (8-10 tahun)
Anak sudah mulai dapat membedakan bagian-bagian, akan tetapi belum mampu mengembangkan antara satu dengan lainnya dalam suatu totalitas. Unsur fantasi yang asalnya ikut berpengaruh sudah diganti dengan pengamatan konkret.

c.       Periode Realisme Kritis (10-12 tahun)
Pengamatannya bersifat realistis dan kritis. Anak sudah sudah mengadakan sistesis logis karena munculnya pengertian, insight/wawasan dan akal yang sudah mencapai taraf kematangan. Anak kini bisa menghubungkan bagian-bagian menjadi satu-kesatuan atau menjadi satu struktur.

d.      Fase Subyektif (12-14 tahun)
Unsur emosi atau perasaan muncul kembali dam kuat sekali mempengaruhi penilaian anak terhadap semua pengamatannya. Hal ini dapat terjadi karena pada masa ini muncul gejala Trotzalter II (masa menantang kedua).

0 komentar:

Posting Komentar